Friday, December 13, 2013

Sejarah Kota Kuala Tungkal


Sebelum abad ke-17 ditanah Tungkal ini sudah berpenghuni seperti Merlung, Tanjung Paku, Suban yang sudah dipimpin oleh seorang Demong. Jauh sebelum datangnya rombongan 199 orang dari Pariang Padang Panjang yang dipimpin oleh Datuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja Johor.
Kemudian memasuki abad ke-17 ketika itu daerah ini masih disebut Tungkal saja, daerah ini dikuasai atau dibawah Pemerintahan Raja Johor. Dimana yang menjadi Wakil Raja Johor didaerah ini pada waktu itu adalah Orang Kayo Depati. Setelah lama memerintah Orang Kayo Depati pulang ke Johor dan beliau digantikan oleh Orang Kayo Ario Santiko yang berkedudukan di Tanjung Agung (Lubuk Petai) dan Datuk Bandar Dayah yang berkedudukan di Batu Ampar, daerahnya meliputi Tanjung Rengas sampai kehilir Kuala Tungkal atau Tungkal Ilir sekarang.
Memasuki abad ke-18 atau sekitar tahun 1841-1855 Tungkal dikuasai dan dibawah Pemerintahan Sultan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin. Pada saat itu Kesultanan Jambi mengirim seorang Pangeran yang bernama Pangeran Badik Uzaman ke Tungkal yaitu Tungkal Ulu sekarang, kedatangannya disambut baik oleh Orang Kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah.
Setelah terbukanya Kota Kuala Tungkal maka semakin banyak orang mulai datang, sekitar tahun 1902 dari Suku Banjar yang bermigrasi dari Pulau Kalimantan melalui Malaysia. Mereka ini berjumlah 16 orang antara lain : H. Abdul Rasyid, Hasan, Si Tamin gelar Pak Awang, Pak Jenang, Belacan gelar Kucir, Buaji dan kemudian mereka ini berdatangan lagi dengan jumlah agak besar yaitu 56 orang yang dipimpin oleh Haji Anuari dan Iparnya Haji Baharuddin, rombongan 56 ini banyak menetap di Bram Itam Kanan dan Bram Itam Kiri. Selanjutnya datang lagi dari suku Bugis, Jawa, Suku Donok atau Suku Laut yang banyak hidup di pantai/laut, dan Cina serta India yang datang untuk berdagang.
Pada tahun 1901 Kerajaan Jambi takluk keseluruhannya kepada Pemerintah Belanda termasuk Tanah Tungkal khususnya di Tungkal Ulu yang Konteleir Jenderalnya berkedudukan di Pematang Pauh. Sehingga pecah lah peperangan antara masyarakat Tungkal Ulu dan Merlung dengan Belanda. Karena mendapat serangan yang cukup berat akhirnya Pemerintah Belanda mengundurkan diri dan hengkang dari wilayah itu. Peperangan itu dipimpin oleh Raden Usman anak dari Badik Uzaman, Raden Usman kemudian wafat dan dimakamkan di Pelabuhan Dagang.
Selanjutnya muncullah Pemerintahan Kerajaan Lubuk Petai yang dipimpin oleh Orang Kayo Usman dan Lubuk Petai kemudian membentuk pemerintahan baru. Pada waktu itu dibentuklah oleh H. Muhammad Dahlan Orang Kayo yang pertama dalam penyusunan pemerintahan yang baru.
Orang Kayo pertama ini waktu masih diintip dan diserang oleh rombongan dari Jambi. Beliau diserang dan ditembak di rumahnya lalu patah. Maka bernamalah Pemerintahan itu dengan Pemerintahan Pesirah Patah sampai zaman kemerdekaan. 
Dusun - dusun pada Pemerintahan Pesirah Patah dan asal mula namanya yaitu :
  • Dusun Lubuk Kambing tadinya berasal dari Benaluh dan Lingkis.
  • Dusun Sungai Rotan tadinya berasal dari dusun Timong Dalam.
  • Dusun Rantau Benar tadinya berasal dari Riak Runai dan Air Talun.
  • Dusun Pulau Pauh tadinya berasal dari Kampung Jelmu Pulau Embacang.
  • Dusun Penyambungan dan Lubuk Terap berasal dari Suku Teberau.
  • Dusun Merlung tadinya berasal dari Suku Pulau Ringan.
  • Dusun Tanjung Paku tadinya berasal dari Tangga Larik.
  • Dusun Rantau Badak tadinya berasal dari Dusun Lubuk Lalang dan Tanjung Kemang.
  • Dusun Mudo tadinya Talang Tungkal dan Lubuk Petai
  • Dusun Kuala Dasal yang pada waktu itu belum lahir adalah Dusun Pecang Belango.
  • Dusun Tanjung Tayas tadinya berasal dari Bumbung.
  • Dusun Pematang Pauh.
  • Dusun Batu Ampar yang sekarang menjadi Pelabuhan Dagang.
  • Dusun Taman Raja tadinya bernama Pekan atau Pasar dari Kerajaan Lubuk Petai.
  • Dusun Suban tadinya berasal dari Suban Dalam.
  • Dusun Lubuk Bernai tadinya Tanjung Getting dan Lubuk Lawas.
  • Dusun Kampung Baru.
  • Dusun Tanjung Bojo.
  • Dusun Kebun.
  • Dusun Tebing Tinggi.
  • Dusun Teluk Ketapang.
  • Dusun Senyerang.

Marga Tungkal Ulu, terdiri dari :
  1. Pasirah MT. Pahruddin
  2. Pasirah Daeng Ahmad anak dari H. Dahlan (1953-1959)
  3. Pasirah Zikwan Tayeb (1959-1967)
  4. 1969 masa transisi perubahan marga
  5. Syafei Manturidi (1969-1973)
  6. Adnan Makruf (1974-1982)
Marga Tungkal Ilir, terdiri dari :
  1. Raden Syamsuddin (Pemaraf)
  2. M. Jamin
  3. Pasirah H. Berahim
  4. Pasirah Ahmad
  5. Pasirah Asmuni
  6. Pasirah H.M. Taher


Seiring bergulirnya perkembangn zaman berdasarkan keputusan Komite Nasional Indonesia (KNI) untuk Pulau Sumatera di Kota Bukit Tinggi (Sumbar) pada tahun 1946 tanggal 15 April 1946, maka Pulau Sumatera dibagi menjadi 3(tiga) Provinsi, yaitu : Provinsi Sumatera Tengah, Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Selatan. Pada waktu itu daerah Karesidenan Jambi terdiri dari Batanghari dan Sarolangun Bangko, tergabung dalam Provinsi Sumatera Tengah yang dikukuhkan dengan undang - undang darurat Nomor 19 Tahun 1957, kemudian dengan terbitnya undang - undang Nomor 61 Tahun 1958 pada tanggal 6 Januari 1958 Karesidenan Jambi menjadi Provinsi Tingkat I Jambi yang terdiri dari : Kabupaten BatanghariKabupaten Sarolangun Bangko dan Kabupaten Kerinci.
Pada tahun 1965 wilayah Kabupaten Batanghari dipecah menjadi 2(dua) bagian yaitu : Kabupaten Dati II Batanghari dengan Ibukotanya Kenali Asam, Kabupaten Dati II Tanjung Jabung dengan Ibukotanya Kuala Tungkal. Kabupaten Dati II Tanjung Jabung diresmikan menjadi daerah Kabupaten pada tanggal 10 Agustus 1965 yang dikukuhkan dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 (Lembaran Negara No.50 Tahun 1965), yang terdiri dari Kecamatan Tungkal Ulu, Kecamatan Tungkal Ilir dan Kecamatan Muara sabak.
Setelah memasuki usianya yang ke-34 dan seiring dengan bergulirnya era Desentralisasi Daerah, dimana daerah diberi wewenang dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, Maka Kabupaten Tanjung Jabung sesuai dengan Undang - undang Nomor 54 tanggal 4 Oktober 1999 tentang pemekaran wilayah Kabupaten dalam Provinsi Jambi telah memekarkan diri menjadi wilayah yaitu :
1. Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai Kabupaten Induk dengan Ibukota Kuala Tungkal.
2.Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagai Kabupaten hasil pemekaran dengan Ibukota Pangkalan Bulian.






Sumber : Lembaga Adat Tanjab Barat

2 comments: